Keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM solar maupun bensin yang mengikuti harga minyak dunia, telah melambungkan harga minyak tersebut di dalam negeri. Dampaknya membuat meningkatnya biaya produksi dan harga jual yang semakin mahal serta makin menurunkan daya beli masyarakat. Banyak orang yang merasakan makin besarnya biaya hidup yang harus dikeluarkan karena kebijaksanaan ini. Di beberapa tempat bahkan terjadi banyak kerusuhan yang dimulai dari demontrasi untuk memprotes kebijaksanaan yang sangat tidak populer ini.
Tapi disamping menimbulkan keresahan bagi masyarakat, kenaikkan harga BBM juga mempunyai dampak positif. Misalnya dalam mendorong upaya lain untuk mencari sumber energi alternatif yang bisa diperbaharui sebagai pengganti solar dan bensin. Bahan bakar fosil ini telah terbukti mempunyai dampak buruk bagi kehidupan. Bensin yang selama ini menggunakan Tetra Etil Lead (TEL) yang berfungsi untuk menaikkan angka oktan dan bahan antiknock, sisa dari pembakaran kendaraan akan terbuang ke udara bebas dalam bentuk emisi gas yang mengandung molekul Pb, sehingga masker pelindung pernafasan pun tidak banyak berguna untuk memproteksi saluran pernafasan dari polusi logam ini.
Organisasi pangan dunia (WHO) mengingatkan bahwa makanan yang dijual di pinggir jalan mengandung timbal sampai diatas ambang batas karena asap kenalpot kendaraan bermotor. Mengingat berbahayanya logam ini maka TEL diganti dengan MTBE (methyl-tertiarybutyl-ether) dan TBA (tertiary-butilalkohol). Ternyata belakangan ini diketahui MTBE merupakan zat yang tidak mengalami perombakan (non degradable) dan bersifat sangat hidrofil (suka air). Dengan demikian akan dapat mencemari sumber air yang digunakan masyarakat. Disamping itu juga dicurigai bersifat karsinogenik (zat pemicu kanker). Sehingga negara bagian California (AS) dan beberapa negara lainnya melarang pemakaian bahan ini dan mengganti dengan penggunaan bioethanol.
Indonesia memiliki berbagai sumber energi baik yang tak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara, gas dan gambut maupun yang terbarukan seperti energi surya, angin, gelombang laut, biomassa ataupun biogas. Hampir semua jenis bahan energi tersebut ditemukan di negeri kita dalam jumlah yang cukup potensial untuk dikembangkan. Memang bahan baku biomassa ini tidak sepenuhnya dapat menggantikan bahan bakar minyak. Namun konversi biomassa dari berbagai sumber dapat menjadi sumber energi alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
Dari beberapa email yang saya terima termasuk dari negara tetangga, mengabarkan bahwa langkah penting yang diambil oleh pemerintahan Philipina, dalam pengadaan energi non BBM adalah dengan melakukan remediasi terhadap bekas pertambangan dengan perkebunan pohon jarak (jatropha) seluas 7.000 hektar yang dipadukan dengan perkebunan kelapa pada awal tahun 2005 lalu. Buah jarak nantinya dapat dipanen dan menghasilkan castor oil yang berfungsi sebagai pengganti solar dan lube oil. Diharapkan pada tahun 2010 nanti Philipina dapat mencukupi 60% energi yang berasal dari sumber yang terbarukan.
Bagaimana dengan negara kita? Secara kelembagaan negara, belum ada target yang jelas tentang pemberdayaan energi non fosil. Tetapi para periset misalnya di lembaga Balai Besar Tanaman Pati Lampung mengharapkan pada tahun 2010 nanti Indonesia dapat menggunakan Ethanol sebesar 10% yang digunakan sebagai pengganti TEL dan MTBE dalam bahan bakar bensin. Harapan yang tak terlalu muluk tentunya. Tetapi untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerja keras dan kemauan politik dari negara.
Kendaraan dinas Menteri Negara Riset dan Teknologi merupakan satu-satunya mobil menteri yang mengguanakan bahan bakar gasohol. Di awal jabatannya, beliau mengatakan : ”Saya akan bangga mengendarainya ke istana”, ketika beliau mencoba mengendarai Land Rover Discovery putih dengan plat polisi nomor 35. ”Mobil yang memakai bahan bakar campuran bioethanol yang ramah lingkungan”. Ternyata benar, kinerja pembakaran mobil tersebut menjadi lebih baik. Berdasarkan uji yang dilakukan Balai Termodinamika Motor dan Propulsi pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, mobil yang menggunakan bahan bakar gasohol (gasoline alcohol), lebih sedikit menghasilkan emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon ketimbang bensin premium. Bahkan gasohol yang dinamakan BE-10 dengan komposisi 90% bensin dan 10% bioethanol tersebut lebih ramah lingkungan dibandingkan Pertamax produksi Pertamina.
Bioethanol adalah ethanol atau alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi, penggunaannya sangat luas dalam beragam industri. Mulai dari farmasi, kosmetik, industri turunan alkohol, peningkat angka oktan bensin, campuran bahan bakar dan lain-lain. Produksi ethanol pada tahun 2002 mencapai 174 ribu kilo liter yang berasal dari bahan baku berupa singkong dan tetes tebu. Memang bahan baku untuk produksi bioethanol yang paling layak adalah singkong dan tebu. Tetapi sayangnya Indonesia masih kekurangan produksi tebu untuk menghasilkan gula pasir. Maka singkong menjadi pilihan yang bijaksana untuk pembuatan ethanol.
Balai Besar Tanaman Pati (BBTP) Lampung dalam penelitiannya, rendemen dari singkong mencapai 16.6 % berat volume. Artinya dari 1 ton singkong akan dihasilkan 166.67 liter ethanol murni. Pabrik dalam skala pilot plant juga sudah dioperasikan oleh lembaga ini dengan kapasitas 8.000 liter bioethanol perhari. Untuk ketersediaan bahan baku berupa ubi kayu (singkong) juga sangat melimpah diwilayah Lampung. Saat ini petani agak kesulitan dalam memasarkan singkong mereka karena umumnya hanya untuk industri tapioka yang sangat terbatas daya serapnya. Bahkan kini Medco Energi sudah melakukan pembangunan kilang ethanol di Lampung. Pabriknya berada di wilayah Prokimal, Kotabumi, Lampung Utara. Itu berdekatan dengan rumah ibu saya (sekedar info tambahan – red).
Pabrik tersebut dirancang untuk kapasitas produksi mencapai hampir 60.000 kiloliter pertahun dan akan menjadi pabrik ethanol terbesar di Indonesia. Dalam operasionalnya kilang ethanol ini akan menyerap ribuan keluarga petani dalam penyediaan bahan baku berupa singkong segar. Dan satu hal yang dinantikan petani adalah kontinuitas dalam penyerapan produk pertanian tersebut sehingga hasil panen tidak akan mubazir seperti yang selama ini terjadi. Diharapkan dengan beroperasinya kilang ini kesejahteraan petani dapat meningkat apalagi jika nantinya dapat dibudidayakan jenis singkong unggul yang mampu berproduksi 2 kali lipat dibandingkan dengan singkong yang selama ini dibudi dayakan oleh petani setempat. Singkong unggul ini telah dirilis oleh BBTP Lampung). Semoga niat mulia ini dapat berjalan dengan sukses.
Bisnis Pulsa Elektronik, Pulsa Elektrik, www.pulsagram.com, Pulsagram
Hidroponik: Cara menanam lombok / cabai dengan mudah, 3 bulan panen
-
Video: Hidroponik: Cara menanam lombok / cabai dengan mudah, 3 bulan panen
| TV Kampung.
8 tahun yang lalu