"Sekali-sekali nulis ttg nostalgia di SMA dong di weblog loe....;)". Saya langsung jadi sibuk mengingat-ingat apa aja yang terjadi semasa saya masih bersekolah di SMA Negeri Jalawiyata, Prokimal, Kotabumi – Lampung Utara. Itu permintaan dari Martha, teman sekolah dari SMP sampai lulus SMA. Setelah itu kami ndak pernah berjumpa lagi. Eh…, ketemunya malah di facebook. Selain Martha, ada lagi beberapa teman SMA yang juga berhasil dengan sukses saya temukan di situs jejaring pertemanan itu. Misalnya si Daud, Dewa, Abri, Ans, dan Nanang. Yang lain, ndak tau rimbanya. Mungkin pakai nama lain, atau terlalu sibuk sampai ndak sempat ber-pesbuk-ria.
Ada kejadian konyol saat masih jadi murid SMAN Jalawiyata yang masih jelas dalam ingatan saya. Di sekolah kami ada kegiatan eskul pramuka. Sering bikin acara perkemahan. Kadang mengundang teman-teman dari sekolah lain juga. Saya sendiri ndak pernah gabung dalam eskul pramuka. Tapi setiap ada kegiatan perkemahan, saya dan beberapa teman sering ditugasi sebagai regu keamanan. Saya juga ndak ingat, kenapa bisa begitu ya. Apa mungkin karena tampang kami kayak preman. Wekekekeke…..
Waktu itu, kami baru saja naik ke kelas tiga. Seperti biasa, setiap tahun ajaran baru diadakan bimbingan mental untuk murid-murid yang berhasil masuk atau di terima di kelas satu SMAN Jalawiyata. Salah satu kegiatan bimbingan mental untuk mereka adalah PERSAMI. Itu bukan persatuan sepak bola, tapi akronim dari Perkemahan Sabtu Malam Minggu. Mudah-mudahan ndak salah sebut. Perkemahan yang dimulai pada hari Sabtu sore dan berakhir keesokan harinya, hari Minggu, pas sudah sore juga. Semua panitia dan peserta perkemahan harus pakai seragam pramuka lengkap. Semua keperluan logistic, bawa sendiri-sendiri, kecuali kemah atau tenda dan alat penerangan yang memang sudah disediakan pihak sekolah.
Setelah lewat tengah malam, kira-kira jam satu dini hari, semua peserta dibangunkan dan diminta segera berbaris lengkap dengan atribut kepramukaan di tengah lapangan. Mereka akan mengikuti kegiatan renungan malam. Lalu mereka diminta melepas dasi pramukanya dan digunakan untuk menutup mata masing-masing. Bukan untuk mengambil kupon doorprize lho. Lalu dimulai dari barisan paling kiri berjalan meninggalkan lapangan, mata masih dalam tertutup oleh dasi pramuka yang diikat di kepala. Mereka berjalan bergandengan seperti anak-anak yang lagi main ular-ularan. Saya menggandeng tangan anak yang paling depan. Sementara beberapa teman panitia yang lain mengawasi di bagian kanan dan kiri barisan.
Kami membawa anak-anak itu berputar-putar, masih di sekitar lapangan perkemahan. Maksudnya, agar mereka merasa bahwa perjalanan pada malam itu jadi jauh banget. Padahal sih cuma disitu-situ aja. Dan saya lihat di kemah regu keamanan, koq teman-teman saya pada tidur di dalam tenda ya. Bukannya mengamankan areal perkemahan. Tunggu, gue kerjain elo semua. Sekarang waktunya untuk membawa barisan keluar menuju lokasi renungan malam yang berada di belakang aula sekolah. Saya arahkan barisan menuju kemah regu keamanan. Saya agak berteriak memberitahu pada anak-anak yang sedang saya pandu barisannya itu. "Jangan ada yang keluar dari barisan. Tetap ikuti saya. Mungkin jalannya agak sulit. Gandeng tangan yang kuat, jangan sampai jatuh." Dan saya pun segera mencabut sebuah pasak kayu pengikat tali tenda regu keamanan. Tenda itu pun ambruk dan barisan terus saya bawa berjalan melintas diatas tenda yang ambruk itu. Tingkah saya ini membuat petugas panitia yang lain jadi kayak kebakaran jenggot.
Saya mendengar beberapa orang anak dalam barisan sempat berteriak karena merasa menginjak sesuatu yang aneh. Gimana ndak terasa aneh, wong..mereka berjalan diatas ambrukan tenda dan didalamnya ada beberapa teman saya yang sedang tidur. Teman-teman saya itu pun kontan berteriak kaget dan berusaha keluar dari tenda terpal yang menimpa mereka. Ditambah lagi dengan injakan barisan peserta renungan malam, membuat mereka makin panik dan berusaha sebisa mungkin segera keluar dari dalam tenda yang sudah ambruk itu. Anak-anak peserta renungan malam terus saja berjalan diatasnya hingga barisan terakhir. Mungkin mereka berfikir kami memang sengaja memasang sesuatu pada lintasan barisan sebagai salah satu cara untuk melakukan tes mental bagi mereka. Padahal….
Di lokasi renungan malam, saya berusaha sekuat tenaga menahan keinginan untuk tertawa. Padahal di sekitar saya hampir semua peserta renungan malam lagi pada nangis sesenggukan mendengar monolog yang disampaikan oleh seorang rekan panitia yang memimpin kegiatan renungan malam itu. Saking kebelet kepingin tertawa, saya langsung minta ijin pada beberapa petugas panitia untuk kembali ke lapangan perkemahan.
Sesampai di lapangan perkemahan, saya lihat tenda regu keamanan sudah berdiri lagi dengan gagahnya. Teman-teman saya tampak sedang duduk-duduk di depan tenda itu sambil memandangi saya yang sedang berjalan kearah mereka. Di depan mereka saya benar-benar sudah tidak bisa menahan tawa lagi, dan segera tertawa terbahak-bahak sampai terbungkuk-bungkuk.
"Elo itu semua ya, ditugasin disini bukan untuk pindah tempat tidur. Tapi jagain anak-anak itu. Kalau sampai ada yang diculik alien, bagaimana? Siapa yang tanggung jawab. Kita juga, kan." Tapi mereka tetap aja pasang muka cemberut. Kayaknya memang ndak enak banget ya, pas lagi enak-enak tidur, tiba-tiba diinjak-injak orang lewat. Mana sempat tergulung didalam kain terpal tenda lagi. Mereka bilang, rasanya kayak lagi tenggelam di laut. Wekekekeke….
Hidroponik: Cara menanam lombok / cabai dengan mudah, 3 bulan panen
-
Video: Hidroponik: Cara menanam lombok / cabai dengan mudah, 3 bulan panen
| TV Kampung.
8 tahun yang lalu