Karena trafik yang lumayan itu, klik yang terjadi pada iklan GA pun lumayan juga. Tapi koq revenue-nya kecil ya. Per harinya belum pernah lolos dari angka nol koma. Hingga posting ini dibuat, pendapatan yang sudah masuk baru 14,81 dollar. Itu dalam waktu 4 bulan. Wah…, lama banget. Tapi ada untungnya. Sebab kalau terlalu cepat banyak pendapatannya, saat mendekati angka 100 dollar, kata orang google akan meninjau ulang situs yang dipasangi iklan GA itu. Ternyata blog berbahasa Indonesia. Coret. Hikz…, bakal jadi sedih ceritanya. Untuk menanggulangi musibah seperti itu, sejak bulan kemarin saya sudah mempersiapkan blog berbahasa Inggris dengan menggunakan bantuan google translate. Materi isinya masih dikoreksi ulang bahasanya. Rasanya bahasa Inggris disitu masih banyak punya kejanggalan. Jadi, saya belum mengajaknya bergaul dalam dunia blogsphere. Khawatir ntar malah bikin readernya cengar-cengir, atau paling tidak bakal bikin jidat berkerut gara-gara bahasanya yang amburadul. Tapi saya harus berusaha keras untuk menyelesaikannya. Lalu iklan-iklan GA di blog saya yang lain segera dipindah kesitu. Dan kalau google yang jadi berkerut jidatnya saat melihat blog yang baru dibikin koq sudah punya pendapatan GA segitu, gimana? Biar aja dia mikir sendiri. Wekekekekeke…..Hari ini, sejak tadi siang sampai hampir maghrib, bolak-balik saya ngeliat ke langit. Ndak sering banget sih, tapi mungkin ada lebih dari sepuluh kali saya melirik ke angkasa. Bukan ngelirik aja, tapi langsung melihat. Saya lagi nunggu-nunggu fenomena gerhana matahari. Sudah beberapa hari sebelumnya saya baca beritanya di internet. Bahkan beberapa teman bikin posting juga tentang rencana kejadian ini. Saya jadi ikut penasaran. Pingin lihat juga. Menurut info yang saya baca, lintasan bayangan gerhana matahari akan melewati kawasan Kalimantan Timur. Mudah-mudahan tempat tinggal saya, Pulau Bunyu, akan dilewati lintasan itu juga. Jadi, saya harus ikutan lihat. Ndak boleh ketinggalan. Untuk persiapan, saya sudah pinjam topeng las dari bengkel kapal. Kamera digital juga sudah saya siapin. Siapa tau diperlukan. Waktu makan siang, saya juga sudah tambah satu piring. Pokok’e persiapannya sudah sangat prima. Menjelang maghrib, saat saya sudah bosan nunggu gerhana matahari yang bakal lewat, saya jadi teringat sesuatu. Secara reflek saya menengok monitor di hp. Lho…, ini kan tanggal 27. Menurut info, kejadian gerhana matahari berlangsung tanggal 26. Ya ampun, jadi lemes deh gue. Koq bisa jadi lupa. Ngapain aja sih kemarin? Seingat saya, ndak ada jadwal shooting koq. Swear deh. Yah…, kapan lagi bisa ngelihat fenomena gerhana matahari. Bertahun-tahun yang lalu, di sebuah rumah di pinggir kota Ampenan, Pulau Lombok, seorang ibu sedang asyik mengajarkan matematika pada seorang anaknya. Si anak, seorang murid kelas dua sekolah dasar. Gedung sekolah berada tepat di belakang rumah mereka yang terpisah oleh tembok tinggi yang memagari perumahan itu. Sebuah perumahan bagi para anggota angkatan laut di Lombok. Si anak masuk setiap hari berangkat ke sekolah beberapa menit sebelum jam 9 pagi. Dan setiap pagi sebelum jam berangkat sekolah itu, si ibu selalu menemani si anak belajar di rumah, terutama pelajaran matematika, sambil menyelesaikan pekerjaan rutinnya di rumah. Si anak itu anak yang biasa-biasa saja, cenderung nakal seperti anak-anak lainnya. Pada pembagian raport untuk catur wulan satu saat masih kelas satu, dia dinyatakan langsung naik ke kelas dua tanpa harus menunggu satu tahun ajaran selesai. Penyebabnya sepele saja. Hanya karena dia mampu membaca dengan lancar tanpa harus mengeja seperti anak-anak yang masih duduk di kelas satu lainnya. Mungkin karena si anak sudah terbiasa membaca buku-buku di sebuah tempat penyewaan buku di kota Ampenan. Ayahnya biasa mengajaknya ke tempat itu. Membuatnya ikut ketagihan membaca buku-buku cerita silat karangan Asmaraman Ko Ping Ho. Dan kebiasaan itu sudah dimulai sebelum dia duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). TK itu pun tepat berada di depan rumah mereka.
7 tahun yang lalu